Berikut ceritanya...
- Perjalanan Situ Gunung
Jumat, 8 Mei 2009... Pukul 13.00 selepas shalat Jumat kami pun berangkat menuju Situ Gunung. Perjalanan dimulai dari pintu gerbang tol Slipi kemudian dilanjutkan menuju arah Sukabumi. Dengan penuh semangat kami berangkat ber-7 menggunakan mobil teman kami (Arif), walaupun mobil sesak dan AC dengan angin seadanya. Perjalanan penuh canda (weleh...) dan tawa (melankolis mulai..ahahaha), ya walaupun saya belum pernah ke Situ Gunung sebelumnya. Tempat-tempat yang menjadi patokan menurut teman kami telah terlewatkan (menurutnya ada 3 tempat yang kami jadikan patokan jarak Situ Gunung yaitu pertigaan Javanaspa, pertigaan menuju Citarik dan pertigaan yang menuju Halimun).
Dari sekian waktu yang kami tempuh, sebenarnya yang membuat perjalanan kami menjadi lama adalah banyaknya angkutan umum yang ngetem disepanjang jalan terutama di pasar hal ini akan semakin diperparah bila jam pulang pabrik tiba...teng! Praktis kemacetan hingga 1 atau 2 KM bukan menjadi barang aneh. Ternyata penyakit kota Jakarta sudah mulai menular hingga ke kota sekitarnya..weleh..weleh..tapi buat para pria yang matanya cukup lincah, hmmm..anda akan banyak melihat mojang-mojang Sukabumi berseliweran. Maklumlah inilah yang dilakukaan oleh teman-teman saya disela-sela bercandaan mereka dan tidak jauh-jauh dari omongan para lelaki...ahahahaha (belaga gak bersalah dan terlibat '_').
Situ Gunung sebenarnya adalah taman wisata alam yang sudah cukup terkenal akan danau buatannya yang indah karena jika kita tidak tahu asal muasal danau tersebut maka kita akan mengira bahwa itu adalah danau alami. Selain itu disana juga terdapat curug (maaf saya lupa namanya), kawasan TWA ini masih dibawah satu pengelolaan yaitu dibawah pengelolaan Taman Nasional Gunung Gede Pangrango. Situ Gunung sekarang merupakan camping ground yang sering digunakan, adanya fasilitas villa dan cottage menambah nilai plus baginya untuk menjadi tempat yang nyaman untuk melakukan acara-acara outbond. Tak heran jika pada hari libur kawasan ini sangatlah ramai. Kondisi alam Situ Gunung memang tergolong sudah terjamah. Akan tetapi walaupun seperti itu, disana kita masih bisa melihat beberapa ekor monyet dan serangga-serangga yang cantik sepanjang perjalanan menuju curug.
Situ Gunung terletak di wilayah Sukabumi, tepatnya di daerah yang bernama Cisaat. patokannya adalah kita belok di belokan yang berada di dekat Polsek Cisaat tepat di samping Indomaret. Dari belokan tersebut kita masih harus berjalan kurang lebih 5 KM untuk mencapai pos penjaga atau gerbang masuk Situ Gunung.
Akhirnya setelah menempuh perjalanan kurang lebih 4 jam setengah kami pun tiba di pos gerbang Situ Gunung. Dan kali ini kami harus mempersiapkan segala hal untuk bisa camping di TWA tersebut.
- Menuju Lokasi Camping
Akhirnya Situ Gunung pun di depan mata. Segarnya udara pegunungan mulai terasa. Setelah turun dari mobil, suara kumbang hutan mulai memekakan telinga. Maklum kami datang menjelang petang, kira-kira pukul 5 sore. Kali ini mendung menyelimuti langit Situ Gunung. Hal ini menambah temaramnya cahaya di sekitar.
Sebelum kami berangkat menuju tempat kemah, kami harus mengurus beberapa administrasi yang harus kami penuhi, ya..apalagi kalau bukan tiket masuk. Hehehe...
Biaya camping disini terbagi menjadi 3 macam...tapi ini menurut klasifikasi teman saya (Arif) pribadi..hmmm...--“ berikut adalah urutannya dimulai dari yang termahal :
· Nyewa
· Nyewa camping ground dimana dijamin luas, bebas binatang serangga dan gangguan dari group lain namun harga sesuai brosur...
· Camping didekat atau jalan menuju curug...biaya 11.500/malam...dan tentu paket inilah yang menarik hati kami dan akhirnya paket ini yang kami pilih...hehehehe...
Waktu untuk kemah dekat air terjun pun tiba. Barang-barang perlengkapan pun mulai kami keluarkan dari bagasi. Untuk mobil, di tinggalkan di tempat parkir pos pintu masuk Situ Gunung (ya iya lah.. masa di bawa naik juga?). Sebelum treking menuju lokasi, kami menyewa tenda dengan kapasitas 4 orang, karena tenda yang teman saya bawa hanya dapat menampung 2 orang saja. Pada akhirnya total biaya yang harus dikeluarkan untuk kemah sebesar 25.000/orang.
Selepas shalat Ashar, kami pun mulai berjalan memasuki jalan berlumpur menuju curug. kondisi kiri dan kanan masih ditumbuhi padat oleh pohon-pohon pinus. Tiba-tiba...Brrrrr...hujan deras seketika...
Hujan deras menyertai perjalanan menuju tempat dimana kami akan mendirikan tenda. Yang anehnya, bukan jas hujan yang menjadi senjata kami agar tidak kebasahan akan tetapi 2 buah payung besarlah yang menjadi senjata kami. Keanehan ini ditambah lagi dengan sikap kami semua dimana bukannya badan kami yang lindungi agar tidak basah akan tetapi barang-barang bawaan kamilah yang kami lindungi agar tidak basah. Hehehe…
Dengan terengah-engah serta badan yang basah kuyup dan muka pucet kedinginan, kami tetap berjalan dengan riangnya melewati medan-medan yang curam dan licin karena hujan deras(mantap kan penggambarannya...).
Setelah sekian jauh kami berjalan, kami menemukan sebuah tempat berada tepat di dekat aliran sungai dan jalan turun. Tadinya teman saya (Arif) mengajak yang lainnya untuk mendirikan tenda ditempat itu. Akan tetapi setelah kami cermati, ternyata tempat tersebut dekat dengan aliran air, dan akan sangat deras disaat hujan. Akhirnya kami putuskan untuk terus berjalan mencari tempat mendirikan kemah walaupun langit sudah mulai temaram dengan disertai hujan yang lebat. Jalan yang licin, turunan yang terjal bukanlah penghalang yang berarti. Semangat kami pun tak runtuh sedikit pun.
- Malam Indah Perang Pacet
Tap..tap..langkah kaki disertai dengan hembusan nafas yang berat. Barang bawaan kami yang mulai basah pun kian terasa berat. Untungnya hujan lebih sedikit ramah waktu itu. Akan tetapi belum ada tanda-tanda adanya tempat yang sesuai untuk berkemah padahal hari mulai malam.
Tidak ingin ambil resiko, kami memutuskan tidak melanjutkan perjalanan ke air terjun selain itu hari memang sudah mulai gelap gulita dan senter pun tidak terlalu membantu untuk membuat kami terus berjalan untuk mencapai air terjun.
Jalan berbatu tak rapih dengan tanjakan yang lumayan curam, tiba-tiba...jreng..jreng.. Serempak "Alhamdulillah..." tempat mendirikan kemah pun terhampar ya...gak luas-luas amat sih... Namun cukuplah untuk mendirikan 2 tenda yang kami bawa. Bentuk tempatnya mirip seperti alun-alun kecil, dengan pohon besar di tiap sudutnya hingga menyerupai gerbang.
Dari sini mulailah suasana mistis mulai berhembus ditambah suasana malam yang gelap dan lembab (untung gak ada bulan purnama atau lengkingan serigala..). Pendirian tenda pertama pun dimulai!
Setelah tenda pertama berdiri, kami segera merebus air untuk makan PopMie...dengan alasan gelap dan minimnya api, PopMie kering berkuah pun serasa seperti mie Udon racikan Maria Ozawa sang Miyabi (lho kok?). Hehehe...setelah itu pendirian tenda kedua pun dimulai. Namun tiba-tiba teman kami Teguh…
"Anjriiiitt…!!! Kaki gue ada pacet!" (pacet menerupai cacing pipih tapi nyedot darah men...!)
dan... eng ing eng...
Serangan pertama dari bangsa pacet pun dimulai. Panik pun mulai menyelimuti kami. Segera semua personil memeriksa sekujur tubuhnya masing-masing dengan bantuan senter. Ibarat kata penampilan dan
Bukan hanya bangsa pacet yang menyerang kami. Saya, walau tampang sudah menyerupai mbah-mbah penjaga gunung (kata Arif --“ kurang ajar!) tetap tersengat oleh gigitan bangsa semut. Weleh-weleh, tempat boleh dapet nyaman tapi butuh perjuangan untuk bisa numpang tidur ditempat itu.
Usut punya usut, ternyata pacet-pacet tersebut berasal dari baju teman kami Usman. Walah...sampai-sampai tenda pertama menjadi sarangan pacet. Ya jadi kami melakukan ritual membasmi pacet dengan cara menabur garam di tenda-tenda kami. Sungguh suasana mencekam karena pacet.
Malam pun berlanjut dengan berbagai macam pengalaman dan kejadian yang lucu.
- SssT!!..Ati2 kalo Ngomong!!
Malam makin larut. Rasa panik akan pacet sudah mulai kami rasa biasa. "Biarlah..itung2 nyumbang darah" huehehehe...
Sebelum tidur kami berkumpul dulu di tenda pertama hanya sekedar berbincang-bincang. Dengan slogan hemat energi senter, cahaya di dalam tenda kami memanfaatkan lilin yang di alaskan botol Kratingdaeng. Satu demi satu topik bahasan mulai kami lalui. Hingga pada akhirnya obrolan mulai memasuki zona terlarang...jreeeeng! Nah loh...
Dari semua anak, entah apakah latar belakahg pengalaman pribadi atau memang teman kami (Bedu) anaknya pemalu..(hooooeeeEeK!) namun dari sekian kata2 yang terlontar, Bedulah yang paling menjaga omongan. Weleh.."Ati2 lu kalo ngomong ini hutan" kalimat yang sering terlontar dari Bedu. Namun walaupun begitu celetukan2 Arif, Wahyu, Usman, Lingga, Teguh, dan Saya tetap aja "rada" parahhh...hehehe...dan akhirnya waktu tidurpun tiba. Arif dan Bedu kembali ke tenda sebelah yang dijadikan sebagai tenda logistik. Kata Arif dan Bedu mulailah terdengar perbincangan "ehem2" terdengar dari tenda sebelah mereka yaitu tenda yang ditempati saya dan yang lainnya (dah kayak siaran radio kata mereka yang menguping...hehehe…).
Mulailah sang bandar sudah mulai mempengaruhi anak2 di tenda saya. Ya siapa lagi kalau bukan sang maestro video ehem2, Wahyu...weleh2x... ("orang gue minta di setelin mp3 lagu-lagu yang lembut malah di setelin video yang aneh2, haduh…haduh…") perbincangan pun terus memanas hingga akhirnya...
Sing...siiiing...suara senyap terdengar, gara-gara Usman dan Lingga sang ilmuan berbincang masalah pemrograman sedangkan saya sama yang lain hanya menjadi pendengar karena gak ngerti yang mereka omongin...ahahahahaha... situasi ini sangat lucu. (bayangin aja dari omongan2 yang ehem2 langsung nyambung ke masalah kuliahan. Jelas mood turun..ahahaha...).
Suasana terus mengalir hingga akhirnya semua tertidur dengan sendirinya dan ditemani oleh gigitan semut dan pacet yang membuat tidur kami seperti tidur ayam (merem melek). Yah, untungnya aja tidak ada binatang-binatang buas atau makhluk-makhluk aneh dan kejadian-kejadian yang tidak diingininkan yang menggangu ketentraman kami tidur hingga pagi menjelang.
- The end of Situ Gunung
Pagi pun menjelang… Kami bangun dari tidur yang mungkin tidak nyenyak karena maklum kondisi hutan. Matahari masih mengumpat dibalik awan dan kerumunan pohon-pohon besar di sekeliling kami. Sebelum membereskan tenda kami memulai untuk memasak air panas untuk sarapan dengan Pop Mie lagi (mekar dah ini perut) karena cuma hanya ada bekal tersebut yang kami bawa.
Kami menikmati sarapan sambil minum kopi hangat, wah… sungguh pagi yang nikmat sarapan dengan mie dan minum kopi hangat di tengah kicauan burung di suasana hutan. (sok mellow dikit) hehehe…
Setelah selesai sarapan kami pun bergegas untuk membereskan tenda dan memungut atau membersihkan sampah-sampah di sekeliling tempat kami berkemah setelah itu tidak lupa foto-foto dulu donk... hehe... ya untuk mengabadikan moment yang paling berharga lah. hohoo...
Dan setelah semuanya selesai.. kami pun melanjutkan perjalanan kami untuk menuju lokasi curug atau air terjun. Dan yang bikin kami kaget, kesal, bete, dan lain-lain adalah…
Ternyata lokasi curug tersebut tidak jauh dari tempat kami mendirikan tenda, kurang lebih kira-kira 250 meter kebawah (What The F**K!?). Tapi kami tidak menyesalinya juga, karena waktu itu hari sudah mulai gelap dan hujan pula, jadi kami tidak ingin ambil resiko untuk melanjutkan perjalanan menuju air terjun. Tapi kami merasa senang dan bangga mendirikan tenda di tempat itu karena merasa lebih ada tantangannya aja gituuu... (membanggakan padahal sedikit nyesel.. hehehe…).
Kami pun bersenang-senang di lokasi curug tersebut dengan mandi dan foto-foto di sekitar air terjun.
Setelah beberapa lama kami berada di lokasi air terjun, kami pun bergegas untuk kembali menuju pos untuk pulang. Tentunya dengan kembali menaiki, menuruni, melewati trek dan medan-medan yang curam kembali namun tidak separah kami berangkat, di karenakan tidak hujan dan hari masih siang matahari pun bersinar cerah.
Setelah sampai di pos kami pun mengembalikan tenda yang kami sewa semalam. Setelah itu kami semua memasuki mobil dengan wajah mengantuk.
Namun, sebelum pulang kami menuju lokasi Danau buatan yang cukup terkenal yang berada dekat dengan lokasi Situ Gunung. Kami bersantai-santai ria dengan berfoto-foto dan seperti kebiasaan sang lelaki yaitu melihat-lihat sekeliling siapa tahu ada mojang-mojang cantik gituuu… hehehe…
Hanya Bedu dan Lingga yang tinggal didalam mobil dengan alasan lelah, leltih, lesu... atau “jangan-jangan” mereka??? (hehe…kidding bro!? ^^).
Setelah sebentar kami menikmati pemandangan danau, kami semua pun pulang menuju
Terimakasih:
- Untuk Arif yang udah bantu membuat dan memberikan resensi cerita tentang kisah konyol kita ini.
- Untuk teman2 (Arif, Bedu, Wahyu, Teguh, Salingga, Usman) yang terlibat dalam petualangan konyol Situ Gunung ini.
- Dan buat semua yang baca cerita ini, semoga jadi pengalaman kalian yang mau dan baru pertama kali menjelajahi gunung dan hutan. :D